7 Arsitek Asli Indonesia
Dalam daftar ini tidak akan kita 
tampilkan arsitek-arsitek luar negeri yang  merancang banyak bangunan indah 
di Indonesia namun kita akan tampilkan  arsitek Indonesia. Arsitek asli Indonesia, bukan dari Luar Negeri .
Arsitek
 satu ini karyanya berada di Hong-Kong: Ramayana Galleries Hotel Hilton 
dan Bank Niaga Indonesia. Bersekolah di Akademie Minerva Afdeling 
Architektuur, Groningen, Negeri Belanda, arsitek satu ini kemudian 
mendirikan Hendra Hadiprana Architech and Interior Design. Pada awalnya 
bergerak di bidang desain interior rumah kemudian merambah ke desain 
bangunan. Pada masa itu bank-bank asing selalu menyerahkan desain 
arsitekturnya kepada kantor konsultan ini. Selain itu karyanya juga 
meliputi hotel-hotel di Indonesia, klienya termasuk keluarga dekat 
Soeharto. Karya paling barunya yang bisa dilihat adalah Gedung 
Universitas Bina Nusantara dan Bandara di Kalimantan Timur.
Karya
 arsitek satu ini yang paling terkenal adalah Gedung Museum Arsip 
Nasional (pemugaran),  Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi 
dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Arsitek ini
 mengenyam pendidikan arsitek di Technische Hoogeschool di Delft, 
Belanda dan kemudian Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus 
tahun 1960. Ia kemudian dikenal sebagai arsitek pemugaran 
(konservationis) bangunan-bangunan tua, karya pemugarannya meliputi 
Gereja Katedral Jakarta, Gedung Arsip, Gedung Bank Indonesia Jakarta 
Kota dan Gereja Immanuel. Untuk sumbangannya di bidang budaya ini ia 
mendapatkan penghargaan rofesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya 
Indonesia di Universitas Leiden, Belanda. Penghargaa itu diberikan dua 
tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai
 berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara
Arsitek
 satu ini dikenal bukan karena karya-karyanya tapi karena kesuksesan 
usahanya, pandangan hidupnya dan sumbangannya untuk kemajuan 
kewirausahaan Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan arsiteknya tahun 
1960 di ITB. Pada tahun-tahun berikutnya ia kemudian bekerja di Jaya 
Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Disana karirnya melesat sampai
 usia 65 tahun ia masih bekerja sebagai direksi. Dari bekerja di Jaya 
Group ini ia menelorkan inovasi-inovasinya melalui kawasan Ancol. Jiwa 
pengusahanya mulai bersinar ketika ia membentuk usaha bersama Sudono 
Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad 
mendirikan Metropolitan Group yang menghasilkan dua kawasan perumahan 
paling ikonik di Indonesia yaitu Pondok Indah dan Bumi Serpong Damai.
Achmad
 Noeman terkenal sebagai Maestro Arsitektur Masjid Indonesia. Sudah 
banyak karyanya seperti Masjid Salman ITB, Masjid Amir Hamzah di Taman 
Ismail Marzuki, Masjid at-Tin Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, 
Masjid Soeharto di Bosnia dan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika 
Selatan. Namun karyanya yang melambungkan namanya adalah Masjid Salman 
di ITB, masjid ini berdiri gagah tanpa kubahnya. Dalam merancang masjid 
ia berprinsip bahwa barisan shalat tidak boleh terpotong sehingga dalam 
desain masjidnya tidak ada kolom di dalam bangunan masjid. Ia merupakan 
salah satu pendiri IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
Fredrich
 S Silaban, karya-karyanya menghiasi ibukota Jakarta. Siapa yang tidak 
kenal Monumen Nasional, Gelora Senayan dan tentunya yang paling 
membangakan adalah Masjid Istiqlal. Bangunan masjid terbesar di Asia 
Tenggara itu dirancang olehnya melalui sebuah sayembara dan karyanya itu
 menjadi monumen toleransi di Indonesia. Mengapa? Karena Masjid terbesar
 di Indonesia dirancang oleh seorang Kristen. Ia menyelesaikan 
pendidikan formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen 
Wilhelmina School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan Academic van 
Bouwkunst Amsterdam, Belanda pada tahun 1950. Selain Masjid Istiqlal, 
Monumen Nasional menjadi hasil rancanganya (lihat daftar top 7 
sebelumnya, 7 Pencapaian Arsitektur Indonesia) setelah Soekarno 
memerintahkannya merancang ulang hasil sayembara sebelumnya.
Entah
 mengapa para arsitek bisa begitu indahnya berkaya di berbagai bidang 
selain arsitektur itu sendiri, apakah karena arsitektur itu seni? 
Ataukah karena membangun adalah pada dasarnya dorongan spiritual kodrati
 setiap manusia? Jujur sebagai seorang insinyur sipil saya agak iri 
hati. Arsitek satu ini menempati posisi puncak dalam daftar ini karena 
sumbanganya tidak hanya terbatas pada arsitektur namun juga meresap ke 
dalam ingatan dan jiwa kita. Dalam bidang arsitektur sendiri lulusan 
Teknik Arsitektur ITB, 1959 dan Rheinisch Westfaelische Technische 
Hochschule, Aachen, Jerman, 1966, ini dijuluki sebagai bapak arsitektur 
modern indonesia. Karyanya yang terkenal adalah Bentara Budaya Jakarta, 
berbagai gereja dan kawasan pemukiman Kali Code.
Arsitek
 satu ini karyanya berada di Hong-Kong: Ramayana Galleries Hotel Hilton 
dan Bank Niaga Indonesia. Bersekolah di Akademie Minerva Afdeling 
Architektuur, Groningen, Negeri Belanda, arsitek satu ini kemudian 
mendirikan Hendra Hadiprana Architech and Interior Design. Pada awalnya 
bergerak di bidang desain interior rumah kemudian merambah ke desain 
bangunan. Pada masa itu bank-bank asing selalu menyerahkan desain 
arsitekturnya kepada kantor konsultan ini. Selain itu karyanya juga 
meliputi hotel-hotel di Indonesia, klienya termasuk keluarga dekat 
Soeharto. Karya paling barunya yang bisa dilihat adalah Gedung 
Universitas Bina Nusantara dan Bandara di Kalimantan Timur.
2. Han Awal (1930- )
Karya
 arsitek satu ini yang paling terkenal adalah Gedung Museum Arsip 
Nasional (pemugaran),  Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi 
dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Arsitek ini
 mengenyam pendidikan arsitek di Technische Hoogeschool di Delft, 
Belanda dan kemudian Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus 
tahun 1960. Ia kemudian dikenal sebagai arsitek pemugaran 
(konservationis) bangunan-bangunan tua, karya pemugarannya meliputi 
Gereja Katedral Jakarta, Gedung Arsip, Gedung Bank Indonesia Jakarta 
Kota dan Gereja Immanuel. Untuk sumbangannya di bidang budaya ini ia 
mendapatkan penghargaan rofesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya 
Indonesia di Universitas Leiden, Belanda. Penghargaa itu diberikan dua 
tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai
 berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara
3. Soejodi Wirjoatmodjo (1928-1981)
Tahukah
 Anda siapa arsitek dari gedung MPR/DPR yang sangat ikonik itu? Soejodi 
Wirjoatmodjo merupakan seorang arsitek berbakat yang memenangkan 
sayembara untuk desain gedung MPR/DPR tersebut (dahulu gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces)). Ia merupakan arsitek lulusan ITB dan mengenyam pendidikan arsitek melalui beasiswa di Perancis di Ecole Superieure National des Beaux Arts, Paris dan Hoogeschool,
 Delft, Belanda. Karya-karyanya antara lain Gedung Sekretariat ASEAN, 
Gedung Kedubes Prancis di Jakarta, Gedung Konsulat Indonesia di Beograd,
 Gedung KBRI di Kuala Lumpur, dan Stasiun PLTA di Karang Kates, Jawa 
Timur. Selain itu, Soejoedi turut merancang masterplan tata kota 
Kotamadya Pontianak, Kalbar, masterplan daerah pariwisata Nusa Dua, 
Bali, dan masterplan pengembangan pariwisata Jawa Tengah. Warisannya 
adalah membawa bentuk arsitektur non-tradisional sebagai inspirasi 
arsitek-arsitek muda, rancangannya memberikan ruang interaksi sosial 
tanpa mengorbankan lingkungan sekitar.
4. Ir. Ciputra (1931- )
Arsitek
 satu ini dikenal bukan karena karya-karyanya tapi karena kesuksesan 
usahanya, pandangan hidupnya dan sumbangannya untuk kemajuan 
kewirausahaan Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan arsiteknya tahun 
1960 di ITB. Pada tahun-tahun berikutnya ia kemudian bekerja di Jaya 
Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Disana karirnya melesat sampai
 usia 65 tahun ia masih bekerja sebagai direksi. Dari bekerja di Jaya 
Group ini ia menelorkan inovasi-inovasinya melalui kawasan Ancol. Jiwa 
pengusahanya mulai bersinar ketika ia membentuk usaha bersama Sudono 
Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad 
mendirikan Metropolitan Group yang menghasilkan dua kawasan perumahan 
paling ikonik di Indonesia yaitu Pondok Indah dan Bumi Serpong Damai.
Iapun
 mendirikan perusahaanya sendiri di bawah naungan Ciputra Group dan 
menghasilkan berbagai macam proyek properti lainnya. Saat krisis moneter
 melanda Indonesia sekitar tahun 1997 grup usahanya terlilit utang dan 
mengalami kemunduran namun saat ini telah bangkit dan kembali melakukan 
usaha di Indonesia dan luar negeri. Saat ini kegiatan utamanya adalah 
melakukan pendidikan kewirausahaan, ia mendirikan sekolah dan 
Universitas Ciputra untuk memempersiapkan lulusannya menjadi pengusaha. 
Kiprah Ciputra diapresiasi oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan 
memberikan dua rekor kepadanya, yakni sebagai entrepreneur peraih 
penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelatihan 
entrepreneurship kepada dosen terbanyak
5.  Achmad Noeman (1926- )
Achmad
 Noeman terkenal sebagai Maestro Arsitektur Masjid Indonesia. Sudah 
banyak karyanya seperti Masjid Salman ITB, Masjid Amir Hamzah di Taman 
Ismail Marzuki, Masjid at-Tin Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, 
Masjid Soeharto di Bosnia dan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika 
Selatan. Namun karyanya yang melambungkan namanya adalah Masjid Salman 
di ITB, masjid ini berdiri gagah tanpa kubahnya. Dalam merancang masjid 
ia berprinsip bahwa barisan shalat tidak boleh terpotong sehingga dalam 
desain masjidnya tidak ada kolom di dalam bangunan masjid. Ia merupakan 
salah satu pendiri IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
6. Fredrich S Silaban (1912-1984)
7. Y.B Mangunwijaya Pr. (1929-1999)
Entah
 mengapa para arsitek bisa begitu indahnya berkaya di berbagai bidang 
selain arsitektur itu sendiri, apakah karena arsitektur itu seni? 
Ataukah karena membangun adalah pada dasarnya dorongan spiritual kodrati
 setiap manusia? Jujur sebagai seorang insinyur sipil saya agak iri 
hati. Arsitek satu ini menempati posisi puncak dalam daftar ini karena 
sumbanganya tidak hanya terbatas pada arsitektur namun juga meresap ke 
dalam ingatan dan jiwa kita. Dalam bidang arsitektur sendiri lulusan 
Teknik Arsitektur ITB, 1959 dan Rheinisch Westfaelische Technische 
Hochschule, Aachen, Jerman, 1966, ini dijuluki sebagai bapak arsitektur 
modern indonesia. Karyanya yang terkenal adalah Bentara Budaya Jakarta, 
berbagai gereja dan kawasan pemukiman Kali Code.
Sebagai
 humanis ia sangat peduli pada masyarakat kecil saat merancangan 
pemukiman di bantaran Kali Code, tidak berhenti pada pembangunan fisik 
namun juga pembangunan untuk memanusiakan manusia. Ia memberikan 
pendampingan pada korban waduk Kedungombo sampai berhasil ke Mahkamah 
Agung, untuk jasanya itu ia dicap Komunis oleh orde baru. Rohaniawan 
Katolik ini menempuh pendidikan seminari pada Seminari Menengah 
Kotabaru, Yogyakarta, yang dilanjutkan ke Seminari Menengah Santo Petrus
 Kanisius di Mertoyudan, Magelang.
Ia
 juga seorang sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang dipuji tidak 
hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Sebut saja Burung-burung
 Manyar dan Roro Mendut. Romo juga sangat peduli mengenai pendidikan dan
 mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, yayasan pendidikan untuk 
anak miskin dan terlantar. Ia memang sangat peduli dengan pendidikan 
dasar sampai-sampai ia pernah berkata “When I die, let me die as a 
primary school teacher”. Untuk jasanya ia mendapatkan berbagai 
penghargaan, lengkap untuk setiap bidang yang ia geluti.

Komentar